Perang Psikologis: Pakistan Meniru Langkah China dengan Menggambar Tanda "Bunuh" pada Badan Pesawat Militer India yang Ditembak di Tubuh Jet J-10C
– Angkatan Udara (AU) Pakistan menunjukkan tanda-tanda kematian dari enam pesawat AU India yang ditembak jatuh selama konflik antara Pakistan dan India, di antaranya adalah jet tempur Rafale.
Tindakan AU Palestina ini menyusul langkah AU China yang beberapa hari sebelumnya juga menandai 'titik tembak' tersebut pada badan pesawat tempurnya jenis J-10C.
Kemarin, foto tersebar di platform media sosial memperlihatkan pesawat tempur J-10C produksi Tiongkok dari Angkatan Udara Pakistan dengan tanda-tanda kerusakan pada pesawat tempur Rafale milik Angkatan Udara India terpajang di bagian tubuhnya.
Keaslian foto kill marks Atas laporan " bekas pembunuhan " pada badan pesawat tempurnya J-10C Angkatan Udara Pakistan masih belum bisa ditegaskan atau dikonfirmasi oleh otoritas Pakistan.
Walaupun demikian, foto-foto itu sudah menyebar luas tanpa adanya penolakan dari otoritas setempat.
"Aksi menunjukkan 'kill marks' dari pesawat angkatan udara India, yang meliputi jet tempurnya yang paling canggih yakni Rafale, sebenarnya adalah strategi psikologis guna mengaburlkan kekuatan Angkatan Udara India," demikian dijelaskan dalam laporan situs web pertahanan DSA pada hari Selasa, 20 Mei 2025.

Penduduk India Geram, Persatuan Australia-China dan Persatuan Australia-Pakistan Berdiri Bersama
Perilaku China yang menampilkan tanda "kill marks" pesawat tempur India di jet J-10C mereka telah menyulut kemarahan netizen India.
Lebih lanjut, pernyataan tentang penembakan pesawat militer Angkatan Udara India yang ke enam itu masih belum dapat diverifikasi.
Baru beberapa hari yang lalu, pesawat tempur J-10C milik Angkatan Udara Tiongkok (PLAAF) terekam memiliki 'tanda pembunuhan' dari pesawat tempur serta drone angkatan udara India yang diyakini telah ditembak jatuh selama pertikaian belakanangan antara Pakistan dan India.
Ini dianggap sebagai tindakan untuk mengungkapkan solidaritas TNI AU China terhadap tantangan yang dihadapi teman-temannya di TNI AU Pakistan. Kedua angkatan udara tersebut menggunakan pesawat generasi 4,5 buatan Chengdu Aircraft Industrial Group (CAC).
"Tanda Pembunuhan" yang ada di pesawat tempur J-10C TNI AU China mencakup tiga pesawat tempur Rafale, satu buah Sukhoi Su-30MKI, satu unit MiG-29, serta satu pesawat tanpa awak jenis Medium Altitude Long Endurance (MALE) Heron hasil produksi Israeli Aerospace Industries (IAI).

Arti Tanda Maut pada Badan Pesawat
"Grafitti perang" pada pesawat tempur mengacu pada lambang atau ikon yang digambar di tubuh pesawat, umumnya di sekitar kokpit, guna menyatakan banyaknya lawan yang sudah ditembak jatuh atau dimusnahkan oleh pesawat tersebut saat bertempur.
Tujuan pokok dari tanda pembunuhan ini adalah untuk mengakui kesuksesan dalam Pertempuran, entah itu diraih oleh pilot atau oleh sistem senjata pada pesawat tersebut.
Tradisi "penandaaan pembunuhan" ini dimulai sejak masa Perang Dunia II dan terus dilakukan oleh berbagai angkatan udara hingga saat ini.
Seluruh indikator kehancuran pada pesawat tempur J-10C TNI AU China mengacu pada lima pesawat tempur milik India serta satu drone yang sukses dirontokkan oleh pesawat tempur J-10C yang dikelola oleh TNI AU Pakistan saat pertempuran terbaru antar kedua negeri tersebut. Sebelumnya, Islamabad dan New Delhi telah sepakat untuk mengakhiri permusuhan mereka melalui perjanjian gencatan senjata.
Walaupun tanda "kill marks" di pesawat tempur J-10C milik TNI AU China mencakup lima pesawat tempur dan satu drone, Perdana Menteri Pakistan Shahbaz Sharif kemarin menyatakan bahwa TNI AU Pakistan sudah sukses merenggut jatuh pesawat tempur India yang keenam.

Pesawat perang milik Angkatan Udara India keenam yang diyakini telah ditinggalkan akibat serangan dari Pakistan ternyata merupakan jenis Mirage 2000. Seperti disampaikan oleh Shahbaz, pesawat tersebut berhasil ditembak jatuh di daerah Pampore, sebelah timur kota Srinagar pada malam antara tanggal 6 dan 7 Mei.
Walaupun dihadapkan pada berbagai bukti yang sulit dibantahkan, militer serta pemerintah India tetap enggan mengakuinya, yaitu tentang hilangnya lima (dan kini enam) pesawat tempur mereka, termasuk tiga jet tempur canggih Rafale dari Prancis, dikarenakan ditembak turun oleh Angkatan Udara Pakistan.
Ketika diminta berkomentar tentang ketiga pesawat tempur Rafale yang mereka miliki, seorang perwira tinggi TNI AU India bernama Marsekal Udara AK Bharti hanya menjelaskan, "Kami sedang berada di tengah situasi peperangan, dan hilangnya aset adalah bagian tak terpisahkan darinya," meskipun dia enggan untuk melanjutkan dengan rincian tambahan.
Namun, menurut pandangan para analis militer, respons dari seorang perwira tinggi TNI AU India ini sepertinya mengkonfirmasi bahwa mereka benar-benar sudah kehilangan lima pesawat tempur, di antaranya ada tiga buah jenis Rafale.

Ditembak Rudal Jarak Jauh BVR PL-15
Semua jet tempur dan drone Angkatan Udara India kemungkinan besar ditembak jatuh oleh rudal jarak jauh Beyond Visual Range (BVR) PL-15 buatan China yang digunakan oleh jet tempur J-10C Pakistan.
Rudal udara-ke-udara jarak jauh PL-15 memiliki kecepatan Mach 4 dan dilengkapi dengan radar Active Electronically Scanned Array (AESA ) dan dirancang untuk pertempuran di luar jangkauan visual (BVR).
Rudal PL-15 merupakan peralatan senjata udara-ke-udara dengan jarak tembak luar pandangan visual (Beyond Visual Range/BVR) asli dari Cina. Rudal ini diciptakan guna memberikan manfaat strategis kepada Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat (PLAAF).
Rudal udara ke udara dengan jangkauan panjang PL-15 diproduksi oleh Akademi Rudal Udara China (CAMA), yang menjadi salah satu divisi di dalam Perusahaan Industri Penerbangan China (AVIC).
Jet tempur Chengdu J-10C, yang disebut "Naga yang Berdaya", menjadi fondasi dari kekuatan udara Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok (PLAAF).
Di awal tahun 2025, diperkirakan PLAAF telah mengantongi lebih dari 300 pesawat tempur J-10C, sehingga menjadi jenis pesawat tempur terpopuler dalam armada mereka.
Pakistan sudah melangkah maju dalam memperbaharui pasukan militernya dengan mendapatkan pesawat tempur generasi 4,5 Chengdu J-10C "Naga Lincah" dari China. Ini bertujuan untuk mendorong kapabilitas operasional Angkatan Udara Pakistan (PAF) ke standar baru.
Angkatan Udara Pakistan sudah menerima pesawat tempur J-10C dari Cina pada tanggal 4 Maret 2022.
Pilihan Pakistan untuk mendapatkan pesawat tersebut dilihat sebagai tanggapan langsung atas kedatangan pesawat tempur Rafale dari Prancis ke daftar armada Angkatan Udara India. Ini bertujuan untuk menyeimbangkan kekuatan udara di area yang rawan dan penuh ketegangan.
Enam pesawat pertama dari seri tersebut tiba di Pangkalan Angkatan Udara Minhas yang berada di Kamra, Pakistan, lalu secara resmi diberikan kepada Angkatan Udara Pakistan (PAF) pada tanggal 11 Maret 2022.
Akuisisi J-10C menjadi bagian dari usaha Pakistan untuk memperkuat kapabilitas pertahanannya di langit, secara khusus sebagai tanggapan atas pembelian pesawat Rafale oleh India.
Pakistan secara resmi menyatakan akan membeli 25 unit pesawat tempur J-10C pada Desember 2021, dan penyerahan yang pertama direncanakan sebelum peringatan Hari Republik Pakistan pada 23 Maret 2022.
Sejak saat itu, Pakistan sudah mendapatkan tambahan pesawat J-10C dan diketahui tengah menjajaki potensi akuisisi sebanyak 60 unit secara keseluruhan, guna meningkatkan kekuatan pertahanannya di langit negeri tersebut.
(oln/dsa/*)
Social Plugin