Telunjuk Digital Kehidupan manusia sungguh tidak dapat ditebak. Seperti roda yang selalu berkeliling.
Kehidupan dialami oleh seseorang yang bernama Luki Ramdani.
Ia adalah dosen sekaligus entrepreneur muda.
Melihat keberhasilan Luki saat ini, mungkin tidak banyak orang yang menduga bahwa dahulu kala dia adalah seorang mekanik.
Dia nyaris meninggalkan pendidikan.
Seperti apa kisahnya?
Kisah Luki Ramdani
Dia dilahirkan dan tumbuh besar di lingkungan keluarga yang sederhana.
Bapaknya bekerja sebagai penjagaban sementara Ibunya adalah seorang istri rumah tangga.
Luki Ramdani merupakan putra keempat dari kelima bersaudaranya.
"Gua sudah punya cita-cita sejak kecil untuk menempuh pendidikan hingga jenjang tertinggi meskipun orang tua dan dua bersaudaraku cuma tamatan SD. Gua percaya diri dapat melampaui itu," tulis Luki Ramdani di Instagram pribadinya @lukirmdani seperti dilansir Tribun pada hari Jumat, 25 April 2025.
Sejak masih bersekolah di tingkat SD, Luki Ramdani sudah dipaksa untuk mengumpulkan uang.
Dia memanfaatkan pagi hari untuk pergi ke sekolah.
Setelah pulang sekolah, Luki Ramdani muda menjual coklat dan berseliweran di sekitar pemukiman warganya.
Luki Ramdani mengingat bahwa keluarganya kurang mendukung terkait pendidikan; mereka tak peduli dengan prestasi apa pun yang dia capai saat itu.
Setelah menyelesaikan sekolah menengah pertama, kedua orang tuanya mengharapkan Luki Ramdani untuk berhenti melanjutkan studi di tingkat sekolah menengah atas.
Sebabnya, Luki Ramdani diharapkan untuk mendukung ayahnya dalam beraktivitas di bengkel.
Terlebih lagi pada waktu tersebut, bapaknya membayar biaya sekolah untuk kakak Luki Ramdani yang sedang mengikuti pendidikan di tingkat SMA.
"Ayahnya mengangkat tangan menyerahkan pembayarannya," ujar Luki Ramdani.
Ternyata Luki Ramdani tetap bersemangat.
Dia terus mengejar pendidikan di tingkat SMA tanpa mengandalkan dana dari orang tuanya.
Dia berkomitmen untuk memanfaatkan waktu di jam petang guna menambah penghasilannya.
"Alhamdulillah gua bisa lanjut SMA, dengan syarat cari buat SPP-nya sendiri dan bantuin orang tua setelah pulang sekolah," kata Luki Ramdani.
Pagi sampai siang diisi Luki Ramdani belajar di sekolah.
Pulang sekolah Luki Ramdani membantu ayahnya di bengkel.
"(Saya) sering dibully teman karena gua dekil, tangan kotor bekas oli," kata Luki Ramdani.
Pada saat duduk di kelas 12, banyak teman-temannya ikut bimbel persiapan tes masuk perguruan tinggi.
Oleh karena terbatasnya dana, Luki Ramdani memutuskan untuk belajar sendirian.
Demikian pula dia mengasah keterampilan dengan bekerja di bengkel sekaligus menuntut ilmu.
Luki Ramdani mengatakan bahwa ketika teman-temannya bergabung dengan kursus untuk mempersiapkan diri masuk perguruan tinggi negeri, dia justru diminta oleh orang tuanya tidak usah ikuti les tersebut dan membantu di bengkel keluarga.
"Hingga pada akhirnya saya belajar sendiri di bengkel dan kondisi tanganku menjadi seperti ini ( hitam)," lanjut Luki Ramdani.
Setelah menyelesaikan sekolah menengah atas, Luki Ramdani berkeinginan untuk meneruskan studinya di jenjang perkuliahan.
Kembali lagi, Luki Ramdani gagal mendapatkan persetujuan dari bapaknya.
Bapaknya mengharuskan Luki Ramdani berkarir di bengkel guna mendukung keadaan finansial keluarganya.
"Hingga pada akhirnya saya menyembunyikan diri untuk mengikuti ujian masuk perguruan tinggi," jelas Luki Ramdani.
Hasil belajarnya berbuah manis.
Luki Ramdani dinyatakan lolos di Unpad. Berita positif tersebut justru menimbulkan respons negatif dari kedua orang tuanya.
Bapaknya menyerah dalam hal pembiayaan.
"Hingga pada akhirnya saya harus mandiri dalam membayar uang kuliah," ungkap Luki Ramdani.
Luki Ramdani sedang mengejar sebuah beasiswa. Ia mengumpulkan berbagai informasi tentang beasiswa yang dicarinya.
"Alhamdulillah gua dapat beasiswa KIKP dan kesempatan untuk mengejar pendidikan tinggi," ucap Luki Ramdani.
Nyambi Ojol
Waktu kosong Luki Ramdani di antara perkuliahan dia gunakan untuk berusaha mendapatkan penghasilan.
Dia bekerja sambilan sebagai pengemudi ojol setelah pulang sekolah.
"Selama semester 1 sampai 3, saya menjadi driver ojek online, pekerja lepas, penjuallah tugasmu, dan penyedia percetakan daring untuk memenuhi keperluan biaya hidup saya," ungkap Luki Ramdani.
"Uang dari Kartu Indonesia Pintar itu saya hitung-hitung disimpan untuk membeli buku bisnis pada semester ke-4," jelas Luki Ramdani.
Di semester ke-4, Luki Ramdani mulai mengais pengalaman segar dalam bidang usaha.
Dia melakukan praktik kerja di berbagai perusahaan.
Dia kemudian memutuskan untuk mencoba peruntungannya dalam berbisnis.
Pada semester 4, Luki Ramdani memulai bisnis dengan cara berkeliling toko-toko untuk menawarkan produk kepada orang lain.
"Pagi sayakuliah, sedangkan dari siang hingga malam menjadi seorang salesman, mengemas, dan mengantarkan barang sendiri," teringat Luki Ramdani.
"Alhamdulillah usaha saya semakin maju sampai saat ini dan masih berjalan meski sudah menyelesaikan pendidikan sarjana. Bahkan pencapaian awal yaitu Rp1 M diraih pada semester ketujuh," ujar Luki Ramdani.
Luki Ramdani berhasil mendapatkan gelar sarjananya di bulan Desember tahun 2022 kemarin.
Januari 2023, Luki Ramdani memilih untuk meneruskan studinya dalam program master.
"Lagi ini orang tuanya memberikan dukungan sepenuhnya dan mendorong saya untuk melanjutkan studi hingga ke jenjang S3," ujar Luki Ramdani.
2024 Luki Ramdani berhasil menyelesaikan studinya dan mendapatkan gelar master.
Saat ini Luki Ramdani menjadi dosen dan juga pemilik usaha muda.
"Insyaallah akan melanjutkan ke S3," ujar Luki Ramdani.
(Telunjuk Digital/Tribun Timur)
Social Plugin