Telenjuk Digital.CO.ID, ISLAMABAD - Menteri Informasi Pakistan Attaullah Tarar menyampaikan pada hari Rabu bahwa pihaknya memegang informasi intelijen yang sangat dipercaya yang menunjukkan niat India untuk melakukan serangan militer dalam waktu 24 sampai 36 jam mendatang. Ini semakin mendorong potensi ancaman konflik bersenjata antara kedua negara dengan senjata nuklir tersebut.
Aljazirah Menurut laporan, menteri itu menyatakan dalam unggahan Twitter-nya bahwa India berencana untuk menggelar serbuan militer "menggunakan peristiwa di Pahalgam (yang ada di kawasan Kontested Kashmir) sebagai alasan." Ia juga menegaskan, "Segala bentuk provokasi akan dibalas dengan kebijaksanaan yang kuat. India siap bertanggung jawab sepenuhnya terhadap semua dampak negatif yang bisa timbul dari area tersebut."
Keterangan dari menteri Pakistan tersebut keluar ketika operasi militer sedang berlangsung di perbatasan tanah antar kedua negera tetangga dengan persenjataan nuklir telah berlangsung beberapa hari, serta adanya ancaman akan timbulnya konflik baru di antara keduanya.
Pakistan menginformasikan pada hari Selasa bahwa mereka berhasil menjatuhkan drone milik India di wilayah Kashmir. Hal ini terjadi saat negara sedang mempersiapkan tindakan hukum terhadap New Delhi akibat penundaan Perjanjian Bagi Air Sungai Indus setelah serangan senjata di Pahalgam minggu lalu yang merenggut korban jiwa dan cedera. Sementara itu, pihak India belum memberikan tanggapan resmi atas kejadian tersebut.
Pasukan militer India menyebut pihak Pakistan kembali membuka api menggunakan senjata ringan di sekitar Garis Kontrol di Kashmir. Mereka menegaskan bahawa tentara mereka membalas dengan "ketertiban dan keberhasilan," tidak terdapat laporan adanya korban jiwa. Sementara itu, Pakistan belum memberikan konfirmasi tentang insiden ini; walaupun demikian, beberapa penduduk setempat melaporkan telah mendengarkan suara tembakan tersebut.

Pada saat yang sama, India mengurangi sebagian besar tempat wisata di daerah Kashmir menjadi tertutup mulai hari Selasa, dan meningkatkan tindakan pengamanan usai serangan terhadap pelancong beberapa minggu yang lalu.
Di Pakistan, Menteri Pertahanan Khawaja Muhammad Asif mengumumkan pada hari Senin bahwa serangan militer dari India bakal segera terjadi akibat peningkatan tensi antara kedua negara nuklir tersebut. Selama wawancara bersama Reuters, Asif mengeraskan posisi dengan menyebutkan penguatan pasukan mereka guna merespons ancaman serangan India mendekati, serta menjelaskan jika langkah-langkah taktis sudah ditentukan atas situasi ini.
Dia merasakan peningkatan retorika dari India, sementara pasukan Pakistan sudah memberi peringatan kepada pemerintahan tentang potensi serangan yang mungkin datang dari India segera ini, tetapi tidak membahas detail tambahan mengenai evaluasi pihak berwenang soal kapan tepatnya hal itu bisa terjadi. Menurut Asif, Pakistan saat ini sedang pada status siaga maksimal; meski begitu mereka hanya bakal melibatkan senjata nuklir apabila ada "ancaman nyata bagi eksistensinya."
Pada 22 April, sekelompok berarmasi menembak para turis di daerah Pahalgam di Kashmir yang dikendalikan India, mengakibatkan 26 orang tewas dan beberapa lainnya luka-luka. Usai insiden tersebut, Perdana Menteri India Narendra Modi mempercepat rangkaian kunjungannya ke Arab Saudi dan pulang menuju New Delhi.
Saat tiba di lokasi, ia langsung menggelar rapat keamanan kelas atas bersama petinggi tertinggi guna menganalisis kondisi saat itu. Pejabat-pejabat India menyebut pelaku serangan berasal dari Pakistan, namun Islamabad membalas dengan tuduhan bahwa India sedang menjalankan strategi pemutar-balikkan fakta terhadap negara tersebut.
Setelah serangan tersebut, India memilih untuk menghentikan Perjanjian Perairan Indus dan mendesak duta besar Pakistan di New Delhi harus pergi dari negeri ini dalam tujuh hari. Selain itu, India juga berhenti menerbitkan visanya kepada warganegara Pakistan serta mencabut seluruh visa yang sudah diberikan sebelumnya.
Di sisi lain, Pakistan menyangkal dakwaan dari India, mengurangi jumlah staf diplomatik India yang berada di Islamabad. Mereka juga menyampaikan jika ada intervensi apapun terkait sungai-sungai diluar Perjanjian Air Indus akan diperlakukan seolah-olah sebagai pernyataan perang, mencabutan seluruh perdagangan dengan India, serta menutup ruang angkasanya.
Pemerintah Islamabad menyatakan kemungkinan penundaan Perjanjian Shimla, kesepakatan yang dibuat pasca perang tahun 1971 melawan India dan mendefinisikan Garis Kontrol antar keduanya. Cabang Front Perlawanan dari organisasi terlarang Lashkar-e-Taiba (LeT) di Pakistan mengklaim bertanggung jawab atas insiden di Pahalgam.
Social Plugin