Ingin Diperhatikan Terus? Ini Indikasi Kamu Berurusan dengan Orang Narsistik

Pernahkah kalian merasa letih ketika ngobrol dengan orang lain meskipun membicarakan masalah yang tidak terlalu serius? Mungkin juga kalian sudah coba untuk sharing tentang diri sendiri tapi akhirnya malah menjadi pembicaraan tentang mereka dan hanya mendengarkan saja. Jika situasi semacam itu kerap dialami, besar kemungkinan kita tengah bertemu dengan individu yang bersifat narsistis.

Narsistik tidak melulu tentang orang yang gemar diri sendiri selfie atau berpikir bahwa dia sangat menarik, melebihi hal tersebut. Berdasarkan informasi dari situs web tersebut, verywellmind.com, Narsis merupakan individu yang lebih suka membicarakan hal-hal berkaitan dengan diri mereka sendiri, sering kali tidak memperdulikan orang lain dengan cara menanyakan sesuatu tentang hidup atau pemikirannya, serta kadang-kadang bahkan mengesampingkan orang lain demi kembali menjadikan diri sebagai pusat perhatian, seperti jelas disampaikan oleh Leanna Stockard, seorang ahli terapi dari LifeStance Health. Secara singkat, pribadi narsistis ialah sosok yang ekstrim dalam mementingkan diri sendiri.

Salah satu ciri paling jelas dari seseorang dengan kepribadian narsisistis khususnya ketika bersosialisasi atau mengobrol adalah kecenderungan mereka untuk mendominasi percakapan. Ada beberapa petunjuk tambahan yang perlu Anda waspadai.

Menurut informasi di verywellmind.com, berikut 12 tanda-tanda narsistik yang mungkin muncul dari orang-orang di sekitarmu.

  1. Menginterupsi saat mereka hendak menyampaikan pendapatnya
  2. Memaksimalkan jumlah waktu mereka berbicara tentang diri mereka sendiri
  3. Teratur menyisipkan pandangan mereka dalam dialog
  4. Berperilaku seperti jenuh atau tidak mau berpartisipasi saat tak ada pembahasan dalam obrolan.
  5. Tidak berhasil mengajukan pertanyaan tentang kehidupan, pemikiran, atau pandangan orang lain.
  6. Menanti kesempatan bicara versus sungguh-sungguh mendengarkan
  7. Tidak memberi respon ataupun reaksi terhadap informasi yang disebarkan tersebut
  8. Cukup menanyakan pertanyaan yang nantinya akan berbalik merujuk kepada diri mereka sendiri.
  9. Gemar mengucapkan pidato panjang lebar dan berbelit-belit
  10. Memanfaatkan peluang untuk berkomentar saat seseorang menginginkan pandangan Anda
  11. Sering mengumbar keberhasilan serta pencapaian diri sendiri
  12. Mengabaikan isyarat sosial yang menunjukkan orang lain ingin berbicara atau berbagi

Jika tanda-tanda yang muncul diatas mulai kamu sadari ada di lingkunganmu, maka lama kelamaan kamu akan merasa seperti figuran di dalam kehidupan mereka.

Berteman dengan seseorang yang narsistik akan membuat dirimu kelelahan secara emosional. Pada awalnya, mungkin kamu akan tertarik karena merasakan kepercayaan dirinya yang tinggi dan pandai mengatur jalannya obrolan. Tapi seiring berjalannya waktu, kamu akan mulai sadar jka hubungan tersebut bersifat satu arah dan melelahkanmu.

Saat kamu butuh didengar, mereka akan lebih memilih fokus pada cerita yang akan mereka sampaikan dibanding mendengarkanmu, karena mereka akan mencari celah di mana menunjukan jika cerita mereka lebih penting.

Berurusan dengan tipe orang seperti itu memerlukan pendekatan khusus. Anda tak perlu serta-merta mengakhiri hubungan, apalagi kalau pihak tersebut adalah sahabat lama, kolega kerja, atau anggota keluarga. Namun, langkah yang bisa diambil ialah dengan secara bertahap menentukan batas antara diri Anda dan orang tersebut.

Anda dapat memintanya untuk benar-benar mendengarkan cerita Anda atau terkadang biarkan saja jika ia tak menjawab. Anda pun tidak harus selalu mendengarkan tentang dirinya atau merasa diwajibkan menjadi pendengar yang sabar sepanjang waktu. Secara bertahap, Anda bisa mengubah topik percakapan atau memberikan istirahat ketika merasa letih secara emosional.

Secara mendasarnya, pengenalan terhadap sifat narsistik sangatlah berarti, bukannya untuk mencari kesalahan atau memberikan hukuman, tetapi sebagai upaya Anda memelihara kesejahteraan mental serta membantu teman Anda menjadi pribadi yang lebih baik dalam hal mendengarkan. Sebab di segala jenis hubungan, peran sebagai pendengar maupun penyampai pikiran sama-sama penting.

(*)