Covid-19: Inilah Alasannya yang Kembali Merajalela dengan Gejala Baru

, Jakarta - Beberapa negeri mengabarkan adanya kenaikan jumlah kasus Covid-19 Belakangan ini, kenaikan kasus COVID-19 yang dikenal sebagai gelombang baru ini menimbulkan ketidaknyamanan di kalangan publik serta pihak berwenang lokal.

Menurut Ketua Divisi Penyakit Menular di Pusat Kesehatan Masyarakat Hong Kong , Albert Au, proporsi spesimen pernapasan yang hasilnya positif untuk Covid-19 telah menyentuh puncak dalam satu tahun terakhir. Bahkan, jumlah pasien dengan kondisi serius meningkat hingga 31 kasus dalam minggu terkini.

Sementara itu, Kementerian Kesehatan Singapura (MOH) menyebutkan bahwa jumlah kasus COVID-19 meningkat 28% menjadi 14.200 selama periode 27 April sampai 3 Mei 2025, dibandingkan dengan 11.100 kasus seminggu sebelumnya. Rata-rata harian pasien perawatan intensif juga bertambah sekitar 30%, yaitu dari 102 menjadi 133 orang. Namun demikian, tingkat kritisasi dalam unit perawatan intensif masih terbilang rendah.

Menurut kutipan dari CNA, Chua Guan Kiat yang berasal dari klinik Chua Medical Clinic menyebutkan bahwa banyak pasiennya merasa terkejut saat hasil tes mereka menunjukkan positif Covid-19. "Mereka berpikir bahwa pandemi sudah usai," katanya.

Dia menggarisbawahi kesesuaian menggunakan kit uji sendiri serta memelihara kesehatan diri dengan mencuci tangan secara rutin dan menutup mulut ketika batuk atau bersin.

Penurunan Ketahanan Kelompok Menjadi Salah Satu Faktor Penyebab

Otoritas Kesehatan Singapura menjelaskan bahwa kenaikan kasus tidak dipicu oleh varian baru yang lebih berbahaya atau memiliki penyebaran yang lebih cepat. Justru demikian, hal ini terjadi akibat penurunan derajat kekebalan dalam masyarakat dikarenakan tingkat vaksinasi yang masih rendah. vaksinasi penguat ( booster ) berperan sebagai salah satu alasan utama.

Menurut Lim Kim Show dari Klinik Keluarga Life di Singapura, kebanyakan pasien yang tertular virus tersebut belum mendapatkan dosis booster dalam satu sampai dua tahun belakangan. Ini membuat mereka lebih rawan, khususnya bagi grup berisiko tinggi seperti lanjut usia serta individu dengan kondisi medis penyerta.

Varian yang Sedang Menyebar Masih Turunannya dari JN.1

Varian utama yang sedang berkembangan di Singapura saat ini adalah LF.7 dan NB.1.8, keduanya turunan dari varian JN.1, yang juga menjadi fondasi untuk rancangan vaksin COVID-19 paling baru. Tak ada bukti menunjukkan kalau varian tersebut mengakibatkan gejala yang lebih parah daripada sebelumnya.

Beberapa bisnis di Singapura telah bergerak cepat untuk menangani peningkatan infeksi dengan melakukan tindakan pencegahan tambahan. Misalnya, sejumlah perusahaan mulai merekrut tenaga kerja sementara, meningkatkan prosedur desinfeksi, serta memberikan perlengkapan keselamatan kepada karyawan mereka. Restoran seafood yang terletak di daerah Punggol ini dilaporkan menghadapi kurangnya chef setelah dua orang dari timnya menjadi tidak sehat. Sementara itu, perusahaan layanan transportasi seperti SG Bus Charter pun semakin ketat dalam menjalankan standar protokol kesehatannya bagi para supir kendaraanya.

Vaksinasi dan Tindakan Pencegahan

Kementerian Kesehatan dan Badan Penyakit Berjangkit Singapura menyarankan bahwa mereka yang berisiko tinggi harus menerima vaksinasi tambahan kurang lebih setahun sesudah dosis terakhirnya. Hal ini mencakup orang lanjut usia dengan umur di atas enam puluh tahun, penduduk rumah sakit lindungan, beserta tenaga medis dan anggota keluarganya yang hidup serumah dengan individu beresiko tersebut.

Masyarakat dianjurkan agar terus menerapkan langkah-langkah preventif, seperti menggunakan masker ketika sakit atau berada di area padat penduduk, rajin mencuci tangan, serta mengurangi kontak sosial apabila sedang dalam keadaan tidak baik dari segi kesehatan.

Gejala yang Perlu Diwaspadai

Beberapa gejala Covid-19 yang tetap kerapkali timbul dan tak bisa diabaikan mencakup:

  • Sakit tenggorokan
  • Hidung tersumbat atau berair
  • Batuk
  • Kelelahan
  • Demam ringan
  • Sakit kepala
  • Nyeri otot atau tubuh
Dewi Rina Cahyani berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini.