Kenali Kembali Variannya: Virus Covid-19 yang Kini Menggema Lagi

, Jakarta - Kasus Covid-19 Kasus infeksi virus Covid-19 kembali muncul. Sekarang, peningkatan kasus terjadi di negara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand. Sebelumnya, Hong Kong juga telah melaporkan lonjakan dalam jumlah pasien Covid-19.

Pada tanggal 13 Mei 2025, pihak berwenang Singapura melaporkan peningkatan kasus COVID-19 menjadi 14.200 kasus dalam rentang tanggal 27 April sampai dengan 3 Mei, naik dari minggu sebelumnya yang berjumlah 11.000 kasus. Situs tersebut mengutarakannya. Channel News Asia Mayoritas kasus COVID-19 yang muncul disebabkan oleh varian LF.7 dan NB.1.8, keduanya berasal dari JN.1. Variasi JN.1 ini sebenarnya menjadi dasar pengembangan vaksin COVID-19.

Virus SARS-CoV-2 memang terus mengalami mutasi. Mutasi Terjadi sebagai tanggapan atas modifikasi lingkungan, mencakup resistensi pada organisme manusia. Tiap variasi genetik menimbulkan dampak. varian baru yang terus dipantau oleh para ahli guna mengantisipasi risiko penularan dan tingkat keparahannya.

Berdasarkan kanal resmi corona.jakarta.go.id , variasi virus Corona digolongkan ke dalam sejumlah kategori:

  • Variant of Concern (VoC): Variansi dengan tingkat penyebaran tinggi serta dampak besar, misalnya Alpha, Beta, Delta, Gamma, dan Omikron.
  • Variant of Interest (VoI): Variasi yang dapat mempengaruhi kesejahteraan publik, sepertiLambda dan Mu.
  • Variant under Monitoring (VuM): Variasi yang terus diamati karena pengaruh sebenarnya belum jelas, antara lain Kappa, Lota, dan Epsilon.

Berikut ini daftar variasi virus Corona dengan karakteristik serta tanda-tandanya:

1. Alpha

Variasi Alpha muncul untuk pertama kalinya di Britania Raya pada September 2020. Sedangkan di Indonesia, jenis variansi tersebut baru teridentifikasi pada Mei 2021. Jika dibandingkan dengan strain sebelumnya, Alpha menyebar dengan kecepatan 43 sampai 90 persen lebih pesat. Gejala Gejala umum yang sering dirasakan oleh pasien meliputi batuk, demam, hilangnya kemampuan untuk mencium bau (anosmia), sesak nafas, pusing, rasa mual, lemah, serta sulit fokus.

2. Beta

Saya berasal dari Afrika Selatan dan pertama kali diketahui pada Mei 2020. Varian ini muncul di Indonesia, tepatnya di Bali, pada bulan Mei tahun tersebut juga. Gejalanya meliputi demam, hilang penciuman, batuk berkelanjutan, sakit kepala, dan nyeri tenggorokan yang sering dilaporkan oleh para pasien.

3. Delta

Delta pertama kali terdeteksi di India pada bulan Oktober tahun 2020 dan kemudian merambah ke Indonesia lewat kota Kudus serta Jakarta. Variannya ini diketahui bisa menyebar dengan laju 30 sampai 100 persen lebih cepat dibandingkan jenis corona sebelumnya. Beberapa gejalanya mencakup demam, pusing, kurang selera makan, dan pilek parah.

4. Gamma

Variasi Gamma dari virus tersebut pertama kali ditemukan di Brasil pada November 2020. Sinyal infeksinya mencakup demam, batuk berdahsyat tanpa lendir, rasa lelah yang sangat, serta hilangnya kemampuan untuk merasakan bau (anosmia).

5. Omicron

Omicron pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan pada November 2021 dan muncul di Indonesia via Jakarta pada Desember 2021. Variannya diketahui memiliki sifat yang sangat mudah menyebar, bahkan bisa mencapai kelipatan lima kali lipst dari varian Delta. Biasanya gejala yang timbul cukup ringan dan jarang mengarah kepada kesulitan bernapas.

6. Omicron XE

Adalah hasil campuran dari dua jenis Omicron yakni BA.1 dan BA.2. Variasi Omicron XE pertama kali ditemukan di Inggris pada bulan Januari tahun 2022. Jenis varian ini mempunyai laju transmisi kira-kira 10% lebih cepat dibandingkan dengan versi BA.2. Tanda-tanda yang timbul meliputi sakit kepala, panas badan, rasa nyeri pada otot, serta perih di tenggorokan.

7. Lambda

Lambda berasal dari Peru dan diidentifikasi untuk pertama kalinya pada bulan Desember tahun 2020. Sindrom klinis yang disebabkannya mencakup batuk, demam, serta hilangnya kemampuan merasakan aroma (anosmia).

8. Kappa

Kappa berasal dari India dan dikenali pada bulan Oktober tahun 2021. Seseorang yang tertular akan mengalami gejala seperti flu, demam, batuk, timbulnya ruam di kulit, serta mata merah.

9. Lota

Variasi Lota pertamakali ditemukan di New York, Amerika Serikat, pada bulan November tahun 2020. Ciri-cirinya kurang khas dan lebih banyak menyerupai gejala dari jenis-jenis variasi sebelumnya.

10. Epsilon

Epsilon teridentifikasi di California, Amerika Serikat, pada bulan Juli tahun 2020. Tanda-tandanya mencakup demam, batuk, kesulitan bernapas, hilangnya indra penciuman, serta sakit otot.

11. Kraken

Kraken adalah versi turunan dari Omicron yang telah menjadi dominan di seluruh dunia mulai bulan Januari tahun 2023. Varian ini tercatat sebagai salah satu varian Omicron dengan penyebaran tertinggi dibandingkan varian-varian Omicron lainnya yang beredar pada masa tersebut.

12. Arcturus

Arkturus pertama kali dideteksi pada Januari 2023. Estimasi laju penyebarannya sekitar 1,17 sampai 1,27 kali lebih cepat daripada Kraken. Gejalanya yang umum meliputi demam tinggi (terutama di kalangan anak-anak), konjungtivitis atau mata berair dan gatal, batuk, sakit tenggorokan, ingus berlebih, sumbatan hidung, lemah, serta nyeri otot.

13. JN.1 (subvarian Omicron)

JN.1 merupakan subvarian Omikron yang pertama kali ditemukan pada akhir tahun 2023 dan berasal dari keturunan BA.2.86 (Pirola). Variasi ini menunjukkan laju penyebaran yang sangat cepat serta sempat mendominasi pada awal tahun 2024. Di Indonesia, insiden JN.1 muncul di penghujung 2023. Gejala-gejalanya biasanya berada dalam kisaran ringan sampai sedang, termasuk batuk, demam, nyeri tenggorokan, flu, lemah, dan sesekali disertai hilangnya indra penciuman.

Risma Damayanti , Nia Heppy dan Zacharias Wuragil berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini.