SAMARINDA –
Beberapa lahan pertanian warga di Kelurahan Tanah Merah, Kecamatan Samarinda Utara, Kota Samarinda, mengalami kerusakan berat akibat tercemar lumpur. Kejadian ini menimbulkan kekhawatiran besar bagi para petani setempat, karena banyak tanaman seperti pisang, jati, dan gaharu mati atau mengering.
Lumpur yang diduga berasal dari sumber tak diketahui itu mulai muncul di kawasan Jalan Poros Samarinda–Bontang Kilometer 23. Lahan pertanian yang sebelumnya hijau kini tampak dipenuhi oleh lumpur berwarna abu-abuan. Banyak pohon pisang yang sebelumnya tumbuh subur kini menguning dan tidak lagi berbuah.
Hasan Binta, salah satu petani pisang di daerah tersebut, mengungkapkan kerugiannya mencapai puluhan juta rupiah. Ia menduga lumpur yang mengancam tanamannya berasal dari lokasi tambang yang berjarak sekitar 500 meter dari kebunnya.
“Sudah bukan menguning lagi, ini sudah banyak yang mati. Tadinya penuh pohon pisang, tapi satu per satu mengering dan mati. Lumpur ini dugaan kami dari orang penambang di atas, jaraknya sekitar 500 meter,” ujar Hasan saat ditemui di kebunnya, Kamis (6/11/2025).
Akibat kondisi ini, Hasan bersama warga lainnya memutuskan untuk memindahkan bibit pisang yang masih hidup ke area yang lebih tinggi agar tidak ikut rusak. Mereka khawatir jika lumpur terus menyebar, maka kerugian akan semakin besar.
Pihak Kelurahan Tanah Merah mengakui adanya pembukaan lahan di wilayah hulu kawasan pertanian tersebut. Namun, hingga saat ini belum bisa dipastikan apakah aktivitas tersebut merupakan kegiatan pertambangan atau bukan.
“Memang benar ada lumpur di sana. Ketika kami telusuri, di bagian hulu ada pembukaan lahan. Tapi apakah itu tambang atau bukan, kami belum tahu. Saat kami ke lokasi hanya ada kaplingan, belum terlihat ada alat berat atau aktivitas penambangan,” kata Kasi Ekonomi dan Pembangunan Kelurahan Tanah Merah, Akhmad Hfani Ansyar.
Para petani di kawasan Tanah Merah kini menghadapi ancaman gagal panen. Kerugian yang mereka alami diperkirakan mencapai puluhan juta rupiah. Mereka berharap pemerintah segera menelusuri sumber lumpur tersebut agar dapat mencegah kerusakan lebih luas pada lahan pertanian di kawasan tersebut.
Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kerusakan
- Kemungkinan sumber lumpur: Pihak kelurahan masih mencari tahu asal lumpur yang mengganggu lahan pertanian.
- Aktivitas pertambangan: Warga menduga bahwa aktivitas penambangan di sekitar kawasan menjadi penyebab utama pencemaran.
- Jarak lokasi tambang: Lokasi tambang berada sekitar 500 meter dari kebun para petani, sehingga sangat berpotensi menyebabkan dampak lingkungan.
Dampak terhadap Petani
- Kerugian finansial: Para petani mengalami kerugian hingga puluhan juta rupiah akibat tanaman yang mati.
- Ancaman gagal panen: Tanaman yang mati dan mengering meningkatkan risiko gagal panen, yang akan memengaruhi pendapatan para petani.
- Tindakan darurat: Petani memindahkan bibit yang masih hidup ke area yang lebih aman untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.
Harapan Petani
- Penelusuran sumber lumpur: Petani berharap pemerintah segera melakukan investigasi untuk mengetahui sumber lumpur dan mengambil langkah-langkah pencegahan.
- Pemantauan lingkungan: Perlu adanya pemantauan lingkungan yang lebih ketat untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.
- Dukungan pemerintah: Petani berharap pemerintah memberikan dukungan dalam bentuk bantuan teknis maupun finansial untuk membantu mereka bangkit dari krisis ini.
Social Plugin