Peran Soeharto dalam Pembangunan Indonesia
Koordinator Pusat DEMA PTKIN, Miftahul Rizqy, menilai bahwa warisan pembangunan yang digagas oleh Presiden Republik Indonesia ke-2, Soeharto, masih memberikan manfaat nyata bagi masyarakat Indonesia hingga saat ini. Ia mengusulkan agar seluruh mantan Presiden RI memperoleh gelar Pahlawan Nasional, termasuk Soeharto.
DEMA PTKIN adalah organisasi kemahasiswaan tingkat nasional yang menaungi Dewan Eksekutif Mahasiswa di seluruh Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) di Indonesia. PTKIN meliputi kampus-kampus seperti Universitas Islam Negeri (UIN), Institut Agama Islam Negeri (IAIN), dan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN).
Menurut Rizqy, berbagai proyek strategis yang dijalankan pada masa kepemimpinan Soeharto mulai dari pembangunan infrastruktur, program swasembada pangan, hingga pemerataan pendidikan telah menjadi fondasi penting bagi kemajuan bangsa saat ini. Ia menyatakan bahwa jalan, bendungan, sekolah, serta berbagai program kesejahteraan yang dirintis pada masa Pak Harto saat ini masih menjadi tulang punggung pembangunan kita.
Rizqy juga menilai, di tengah tantangan ekonomi dan sosial yang dihadapi bangsa kita saat ini, semangat pembangunan dan stabilitas nasional yang diwariskan Soeharto patut menjadi inspirasi bagi para pemimpin generasi berikutnya. Ia menegaskan bahwa Pak Harto adalah sosok yang menempatkan pembangunan sebagai prioritas utama. Meski bisa berbeda pandangan dalam hal politik, kontribusi beliau terhadap kemajuan Indonesia merupakan warisan yang tidak bisa dihapus.
Lebih lanjut, Rizqy mengusulkan agar seluruh mantan Presiden Republik Indonesia memperoleh gelar Pahlawan Nasional, mengingat jabatan kepala negara itu sendiri sudah menunjukkan kriteria kepahlawanan dari sisi hukum dan pengabdian kepada bangsa. Ia menilai bahwa Presiden pertama RI, Soekarno, telah ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional. Maka, sudah sepatutnya Presiden Soeharto juga mendapatkan penghargaan serupa atas jasanya dalam bidang pembangunan, serta pengabdian kepada bangsa.
Rizqy menambahkan, masyarakat tidak boleh melupakan peran besar Soeharto dalam menjaga keutuhan dan ideologi negara. Ia menegaskan bahwa berkat kepemimpinan beliau, Indonesia selamat dari ancaman ideologi komunisme dan mampu menjaga Pancasila sebagai dasar negara.
Dalam konteks pandangan sejarah, Rizqy mengutip pesan bijak Presiden ke-4 RI, KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), yang pernah menyampaikan bahwa, “Soekarno tidak sebaik itu, dan Soeharto tidak sejahat itu.” Menurut Rizqy, pandangan Gus Dur tersebut menggambarkan perlunya melihat sejarah secara lebih objektif dan proporsional, tidak hanya dari sisi politik, tetapi juga dari kontribusi nyata terhadap bangsa.
Pernyataan Gus Dur itu mengajarkan kita untuk menilai tokoh bangsa secara adil. Tidak ada pemimpin yang sempurna, namun setiap pemimpin memiliki peran dan jasa besar yang patut dihargai.
Rizqy juga mengimbau para sejarawan untuk lebih terbuka dalam menyampaikan fakta sejarah, khususnya terkait peristiwa pengkhianatan Partai Komunis Indonesia (PKI) terhadap NKRI. Menurutnya, perjuangan Soeharto dalam menumpas komunisme merupakan bentuk nyata pembelaan terhadap ideologi bangsa.
Kritik terhadap Pandangan Sejarah yang Tidak Objektif
Selain itu, Rizqy menyoroti pentingnya menilai sejarah secara objektif. Ia menegaskan bahwa setiap pemimpin memiliki jasa dan kekurangan masing-masing. Oleh karena itu, penilaian terhadap seorang pemimpin harus dilakukan dengan mempertimbangkan kontribusi nyata terhadap bangsa dan negara.
Ia juga menekankan bahwa sejarah tidak boleh diubah atau disalahpahami hanya karena perbedaan pandangan politik. Setiap periode kepemimpinan memiliki dinamika dan tantangan tersendiri, dan perlu dilihat dengan perspektif yang lebih luas.
Mempertahankan Ideologi Pancasila
Salah satu aspek penting yang disoroti oleh Rizqy adalah peran Soeharto dalam mempertahankan ideologi Pancasila. Ia menilai bahwa kepemimpinan Soeharto berhasil menjaga keutuhan bangsa dari ancaman ideologi yang bertentangan, seperti komunisme.
Ia menekankan bahwa Pancasila adalah dasar negara yang harus terus dipertahankan dan dijunjung tinggi. Oleh karena itu, peran Soeharto dalam menjaga ideologi ini layak diapresiasi.
Pentingnya Penghargaan untuk Mantan Presiden
Rizqy juga menilai bahwa penghargaan seperti gelar Pahlawan Nasional harus diberikan kepada semua mantan presiden, bukan hanya Soekarno. Ia menilai bahwa jabatan presiden itu sendiri mencerminkan pengabdian yang luar biasa kepada bangsa dan negara.
Ia menegaskan bahwa meskipun setiap presiden memiliki kebijakan dan pendekatan yang berbeda, kontribusi mereka terhadap kemajuan Indonesia tidak dapat dipungkiri.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, pandangan Rizqy menekankan pentingnya menilai sejarah secara objektif dan proporsional. Ia menilai bahwa warisan pembangunan Soeharto masih relevan hingga saat ini, dan perannya dalam menjaga ideologi Pancasila serta menumpas komunisme layak diapresiasi.
Ia juga menyarankan agar sejarawan dan masyarakat umum lebih terbuka dalam menyampaikan fakta sejarah, tanpa prasangka atau bias. Dengan demikian, sejarah akan menjadi cerminan yang akurat tentang perjalanan bangsa Indonesia.
Social Plugin