3 Kebiasaan Sehari-hari yang Memicu Kerusakan Otak Jangka Panjang dan Menurunkan Kemampuan Berpikir

- Kebugaran otak merupakan elemen signifikan yang mendukung kesejahteraan badani secara menyeluruh.

Sebab otak mempunyai fungsi untuk 'mengirim instruksi' sehingga seluruh bagian tubuh dapat berfungsi.

Tanpa arahan dari otak, operasi organ-organ tertentu dapat terpengaruh.

Banyak yang tak menyadarinya, namun sejumlah kebiasaan justru dapat mengancam kesehatan otak dengan serius.

Ini sering diabaikan karena efeknya tidak langsung terlihat, tetapi dalam periode waktu yang lama.

Misalnya kebiasaan begadang, kebanyakan duduk, hingga stres kronis.

Melansir kanal kesehatan Times of India , berikut ini penjelasannya.

1. Acapkali berjaga sepanjang malam dan kurang istirahat

Istirahat yang cukup amatlah vital bagi fungsi otak.

Memperoleh istirahat semalam sangatlah vital bagi kesehatan fisik serta mental dalam rangka perbaikan, pemulihan, dan pengisian energi.

Tidur berpengaruh pada kondisi tubuh, performa otak, kebahagiaan emosi, serta tingkat energi.

Tidur yang terus-menerus kurang dapat menghambat proses perbaikan otak serta merugikan berbagai ketrampilan kognitif vital seperti daya ingat, logika, dan keahlian dalam menyelesaikan persoalan.

Tidur di bawah tujuh jam setiap malam bisa berdampak jangka panjang terhadap otak.

Habit-habit kecil seperti menjauhi waktu layar atau penggunaan perangkat elektronik paling tidak dua jam sebelum tidur, berhenti minum kafein antara empat sampai enam jam sebelum istirahat malam, serta memelihara pola tidur yang baik bisa mendukung penyelesaian masalah kurang tidur.

2. Kebanyakan duduk

Duduk dalam waktu yang lama ternyata bisa merugikan otak pula.

Gaya hidup dengan aktivitas fisik minim, terutama kebiasaan duduk untuk jangka waktu panjang, menjadi lebih lumrah dan sebenarnya membawa dampak negatif.

Banyak orang bekerja dengan posisi duduk sekitar delapan sampai 10 jam setiap harinya.

Habit ini memperlambat sirkulasi darah menuju otak, akibatnya otak kurang mendapatkan oksigen serta zat-zat gizi yang dibutuhkan.

Secara bertahap, ini bisa menyebabkan penyusutan ukuran otak, terutama di bagian yang berkaitan dengan ingatan dan logika.

Perilaku tidak banyak bergerak juga meningkatkan penanda peradangan, yang merusak jaringan saraf.

Hal itu dapat menyebabkan demensia dan penurunan kognitif.

Untuk mencegahnya, beristirahatlah sejenak setiap 20 hingga 30 menit, dan berjalanlah selama dua atau tiga menit.

Ini dapat membantu Anda mengurangi efek negatif dari duduk dalam waktu lama.

3. Kebanyakan stres

Stres kronis dapat berdampak buruk pada tubuh.

Stres membanjiri otak dengan kortisol, yang lama-kelamaan membunuh neuron di hipokampus dan amigdala, area yang bertanggung jawab untuk memori dan pengaturan emosi.

Stres yang terus-menerus merombak struktur saraf di otak dan memperkecil kemampuannya dalam penyesuaian diri.

Ini bisa mengakibatkan situasi yang tak terobati seperti penyakit depresiMayor atau cemasUmum. (Note: The terms "depresi Mayor" and "kecemasan Umum" seem like they might be intentionally capitalized English phrases mixed within Indonesian text; hence I've preserved them as found.) For better understanding, let me rewrite avoiding these specific capitalizations: Dapat pula menciptakan keadaan sulit diobati semisal masalah kesehatan jiwa berupa depresi besar atau ketidaknyamanan akibat rasa cemas secara luas.

Maka dari itu, tiap individu perlu berusaha menangani stres yang mereka alami.

Beberapa hal mudah seperti meningkatkan kesadaran diri, berolahraga, serta menjalani terapi bisa membantu mengurangi tingkat kortisol dalam tubuh.

()