
- Pesawat Metrojet 9268 yang mengangkut penumpang dari Sharm el-Sheik, Mesir ke St. Petersburg, Rusia meledak di udara akibat sebuah bom pada tanggal 31 Oktober 2015.
Pesawat Airbus A321 yang membawa 224 orang dalam penerbangan itu meledak di atas wilayah Semenanjung Sinai, Mesir.
Akibatnya, seluruh orang di pesawat tersebut dinyatakan tewas. Penerbangan maskapai Rusia itu tercatat membawa 217 penumpang dan 7 kru.
Dikutip dari BBC (7/11/2015), Mesir dan Rusia mengambil peran dalam proses penyelidikan tragedi Metrojet 9268 tersebut.
Negara Perancis yang menjadi markas Airbus juga mengirimkan penyelidik kecelakaan ke Mesir untuk ikut membantu.
Selain itu, tim penyelidik Irlandia juga dikirimkan ke Mesir. Hal tersebut karena Irlandia menjadi tempat perusahaan yang menyewakan pesawat itu.
Pakar Jerman juga terlibat dalam proses penyelidikan, karena pesawat itu dirakit dan perekam penerbangannya dibuat di sana.
Kronologi Metrojet 9268 meledak di angkasa
Awal cerita terjadi saat pesawat Metrojet 9268 take off dari Bandar Udara Sharm el-Sheikh pada tanggal 31 Oktober 2015 jam 05:58 Waktu Mesir.
Pesawat Airbus A321 itu menerbangan sepanjang pantai Mesir yang ada di Teluk Aqaba lalu perlahan memutar lewat Semenanjung Sinai menuju Laut Mediterania.
Pada jam 06.14 waktu lokal, pesawat tersebut tidak dapat menghubungi ATC yang berlokasi di Larnaca, Siprus, seperti jadwal seharusnya.
Pesawat mendadak lenyap dari radar enam menit setelah itu ketika sedang melintasi Semenanjung Sinai bagian tengah, yang berdekatan dengan batas antara Mesir dan Israel.
Otoritas di Mesir menyebutkan pula bahwa mereka tak menerima sinyal darurat apa pun dari menara kendali lalu lintas udara.
Tepat sebelum sinyal radar hilang, pesawat Metrojet 9268 mencapai ketinggian lebih dari 33.000 kaki.
Menurut informasi dari Flightradar24, sesudahnya pesawat mulai merosot dengan kecepatan vertikal kurang lebih 6.000 kaki per menit.
Saat kecepatan pesawat menurun hingga kira-kira 170 km/jam (105 mph), hal ini berarti di bawah tingkat kecepatan yang dibutuhkan untuk terus melakukan penerbangan dengan aman.
Pesawat militer Mesir kemudian menemukan puing-puing pesawat di daerah Hasana, 95 km (59 mil) selatan kota el-Arish.
Penyebab ledakan
Para pejabat Rusia mengatakan puing-puing pesawat tersebar di area seluas 20 km persegi (7,7 mil persegi).
Hal tersebut menandakan bahwa pesawat itu pecah di udara hingga akhirnya puing-puingnya jatuh di daratan.
Rusia mengatakan bahwa “aksi teror” bertanggung jawab atas kecelakaan tersebut dan “jejak bahan peledak asing” ditemukan pada puing-puing Airbus.
Berdasarkan black box Atau perangkat rekaman penerbangan pesawat tersebut, dengan jelas menangkap suara ledakannya.
Dilansir dari The Guardian (7/11/2015), tim investigasi telah memeriksa rekaman itu dan menentukan bahwa ledakan bom terjadi.
Pilot dari pesawat tersebut pertama-tama tampak berbicara biasa saja, termasuk menjalin komunikasi dengan petugas kontrol lalu lintas udara, sebelum insiden peledakan terjadi.
Sumber terdekat dengan penyelidikan tersebut menyebutkan bahwa pesawat mengalami "ujung yang cepat dan mendadak".
Dikutip dari CNN (7/11/2015), Dinas Keamanan Federal (FSB) Rusia menyatakan, ledakan itu diakibatkan oleh bom rakitan.
Mereka mengatakan bahwa bom buatan itu mempunyai daya letus atau eksplisit yang setara dengan satu kilogram TNT.
ISIL mengaku bertanggung jawab
Kelompok teroris Islamic State of Iraq and the Levant (ISIL) menyatakan bertanggung jawab atas ledakan tersebut menggunakan bahan peledak yang disamarkan sebagai kaleng soda.
Dilansir dari Al Jazeera (19/11/2015), ISIL tercatat memegang kendali atas area besar di Irak dan Suriah bersama dengan adanya jaringan yang solid di Sinai.
Kelompok itu menyebutkan bahwa alasan mereka menyerang pesawat tersebut adalah balas dendam atas serangan udara yang dilancarkan oleh pasukan Rusia di wilayah Suriah.
Mereka awalnya berencana untuk menembak jatuh pesawat yang dikirim oleh negara-negara Barat yang menjadi bagian dari koalisi di bawah kepemimpinan Amerika Serikata, namun mereka mengganti rencana tersebut setelah operasi udara Rusia dimulai.
"Militer salib yang terbagi antara timur dan barat percaya bahwa mereka selamat dalam pesawat tempurnya saat mengebom Muslim dari jarak jauh, sehingga pembalasan ini ditujukan kepada mereka yang merasa aman di kokpit," demikian tulis majalah Dabiq yang berhubungan dengan ISIL.
Majalah tersebut pun mengeluarkan gambar yang memperlihatkan satu kaleng minuman berkarbonasi serta dua bagian yang kelihatannya merupakan pemicu dan pengatur daya.
Terdapat lubang pada sisi bawah kaleng yang mengeluarkan substansi berwarna putih dan mungkin merupakan komponen penting untuk meledakkan sesuatu.
Social Plugin