
.JAKARTA -- Menindaklanjuti tensi yang semakin memuncak antara India dan Pakistan setelah insiden peluncuran rudal dari pihak India ke sejumlah area Kashmir pada hari Selasa tanggal 6 Mei 2025 malam, global kini menghadapi potensi konflik berskala besar hingga kemungkinan peperangan dengan senjata nuklir di antara kedua negara tersebut. Keduanya yakni India dan Pakistan merupakan negara tetangga yang telah dilengkapi dengan persenjataan nuklir.
Dilaporkan Bloomberg , Kamis (1/5/2025), India dan Pakistan saat ini sama-sama memiliki stok 170 bom nuklir, berdasarkan asesmen yang pernah dilakukan oleh Asosiasi Kontrol Persenjataan. Namun, laporan Times of India pada Rabu (7/5/2025), mengklaim India saat ini lebih unggul yakni punya 180 hulu ledak nuklir.
India sampai saat ini masih menjaga kebijakan "tidak melakukan serangan terlebih dahulu" menggunakan senjata nuklir. Di sisi lain, Pakistan berpendapat bahwa mereka memiliki hak untuk mendeploy senjata nuklir sebelumnya dalam konflik perang.
India belum pernah mendeklarasikan memiliki rudal balistik pengangkut bom nuklir. Sementara, Pakistan saat ini memiliki rudal balistik berhulu ledak nuklir dinamai Nasr (Hatf-9) dengan jarak jelajah hingga 70 kilometer.
Dari segi kemampuan jangkauan rudal, India berada di depan karena misil Agni-V-nya dapat mencapai jarak sekitar 5.000 sampai 8.000 kilometer. Sedangkan untuk rudal Shaheen 3 yang saat ini masih dalam tahap pengembangan, diyakini mampu mengcover area hingga maksimal 2.750 kilometer.
Dua negara tersebut sekarang dikenal sebagai dua pembelian utama untuk senjata luar negeri, dengan fokus pada produk-produk dari Rusia dan Cina. Selain itu, dalam beberapa tahun belakangan, India turut mempertimbangkan produsen senjata dari Amerika Serikat serta Prancis dan berbagai negara lainnya, menjadikan mereka sebagai pemegang pangsa pasar impor senjata nomor satu menurut data yang dirilis oleh institusi riset Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI).
Pembelian peralatan militer India dari Rusia berkurang dari 76% selama tahun 2009 hingga 2013 menjadi 36% di antara tahun 2019 sampai 2023. Meskipun demikian, New Delhi dikabarkan tengah melakukan modernisasi tentaranya melalui skema pembelian dari Amerika Serikat dan negara-negara Eropa.
Pakistan secara konsisten menambah jumlah pembelian senjatanya dari China. Berdasarkan laporan Sipri, pengimporan senjata dari China merajani 82% dari keseluruhan inventaris militer Pakistan dalam rentang tahun 2019 hingga 2023, yang merupakan peningkatan signifikan dibandingkan dengan masa 2009 sampai 2012 di mana proporsinya hanya 51%.
"Perbedaan kekuatan antar wilayah yang diperburuk oleh pertambangan senjata militer India mendorong Pakistan untuk mencari cara agar bisa mengurangi pengaruh dominasi militer India," ungkap peneliti Sardar Jahanzaib Ghalib dalam artikelnya di Institute of Strategic Studies Islamabad pada bulan Desember tahun 2024.
Social Plugin